TERNYATA KITA MEMEBERI MAKAN BAKTERI SAAT MANDI
Keberadaan sabun seperti sudah tidak bisa dihindarkan
dalam kehidupan manusia karena begitu
banyak kebutuhan manusia yang berhubungan dengan debu, kotoran, noda dan
lain-lain. Benda ini menjadi pembersih paling efektif untuk berbagai kebutuhan.
Mulai untuk membersihkan pakaian, perabot rumah tangga, wajah, badan, dan
perangkat lain, diciptakan jenis tersendiri sesuai dengan kebutuhan. Bahkan,
pembersih ini sudah menjadi bagian dari gaya hidup sejak zaman prasejarah. Berbagai jenis variannya sudah banyak ditemukan.
Dari sisi fungsi sudah disesuaikan dengan kebutuhan. Derajat keasamannya pun
turut diperhatikan agar mampu memberikan hasil pembersihan yang maksimal. Sabun
untuk wajah berbeda dengan sabun cuci piring maupun deterjen. Untuk wajah punya
tingkat basa yang lebih lemah dibanding deterjen. Kekuatan untuk mengiritasi
kulit lebih kuat deterjen dibanding sabun wajah. Bentuk sabun yang sekarang ini
ditemukan adalah batang, serbuk, krim, dan cair. Semuanya punya fungsi inti
yang sama, yaitu membersihkan. Semua jenisnya mempunyai cara kerjanya
masing-masing.
Tahukah Anda Bagaimana Cara
Kerjanya?
Air
dan sabun adalah komponen inti untuk menyingkirkan kotoran. Sebagian besar
kotoran yang ada di pakaian atau kulit melekat sebagai lapisan minyak yang
cukup tipis. Lapisan minyak yang bisa disingkirkan adalah yang partikelnya akan
terangkat saat di cuci. Penggabungan sabun dan air membuat larutan dispersi
koloid. Molekul sabun kemudian bertindak mengelilingi butiran minyak dan
melakukan proses emulsi. Molekul sabun memiliki ekor lipofilik yang berfungsi
melarutkan minyak tersebut. Dibantu oleh ujung hidrofilik, butir minyak
diarahkan ke air. Ini yang membuat kotoran minyak menjadi stabil dalam air.
Akhirnya, bersihlah pakaian atau badan dari kotoran.
Dulu, sabun itu tidak menimbulkan busa saat dipakai untuk
mandi. Hanya saja, gara-gara kesalahan seorang pekerja di pabrik yang terlena
meninggalkan mesin produksi, jadilah produk yang dianggap cacat. Sabun
terkontaminasi udara. Dan, ketika produk tersebut dilempar ke pasaran, ternyata
muncul banyak gelembung atau busa saat dipakai. Herannya, sesuatu yang dianggap
baru itu malah disukai oleh konsumen. Karena yang terkontaminasi terbatas,
jadinya banyak konsumen menanyakan keberadaan produk tersebut yang seolah
lenyap dari pasaran. Berawal dari situ, jadilah sabun berbusa dibuat secara
massal. Kejadian tersebut berlangsung pada 1879
Sabun Anti Bakteri
Berbagai sabun telah dibuat macamnya sampai saat ini. Salah
satunya yang cukup dikenal adalah sabun kesehatan. Banyak promo yang mengatakan
pembersih jenis ini mampu melawan kuman yang ada di tubuh, terutama bakteri. Oleh
karena itu pembersih ini dikenal pula dengan sebutan sabun anti bakteri. Konon,
menurut kebanyakan iklan sabun kesehatan, memakai pembersih biasa tidak
cukup untuk membasmi bakteri yang ada di tubuh. Oleh karena itu, pemakaian
jenis pembersih ini disarankan untuk memberantas bakteri agar tidak sampai
menginfeksi tubuh hingga jatuh sakit. Pada pembersih anti bakteri biasanya
ditambah zat aktif seperti triclosan dan triclorocarbon. Pada triclosan,
biasanya ditambahkan pada bahan sebanyak 0,3 hingga 1 persen. Sementara untuk
triclorocarbon, penambahannya sekitar 1 hingga 1,5 persen. Kedua zat tersebut
termasuk amulgator yang dapat larut pada larutan yang sesuai. Konsep zat yang
disebut anti bakteri adalah memiliki pengaruh terhadap keberadaan bakteri di
suatu tempat. Zat anti bakteri punya andil dalam mengganggu perkembangan
bakteri dan atau membunuhnya dengan melakukan penghalangan dalam proses
metabolismenya. Bagian dari mikroorganisme ini dikenal punya pengaruh untuk
melakukan infeksi pada tubuh dan menimbulkan penyakit, termasuk pula, bisa
merusak bahan pangan. Antibakteri secara aktif dapat menekan laju pekembangan
bakteri sehingga jumlahnya tidak sampai membengkak. Ditinjau dari cara
bekerjanya, anti bakteri punya empat langkah dalam mengenyahkan mikroorganisme
ini. Caranya yaitu melakukan penghambatan pada sistesis dinding sel bakteri,
meruntuhkan permeabilitas dinding sel bakteri, menggagalkan kerja enzim. Cara
selanjutnya yaitu melakukan penghambatan pada sistesis protein dan asam
nukleat. Klaim dari sabun anti bakteri tidak lepas dari kemampuannya dalam
mengusir bakteri ini dari tubuh.
Kebenaran Klaim Sabun Anti Bakteri
Namun, klaim seperti itu justru disangsikan oleh banyak
ahli. Menurut penelitian yang dilakukan Centers for Disease Control and
Prevention (CDC), kemampuan untuk mengusir bakteri sebenarnya juga bisa
dilakukan oleh pembersih biasa tanpa embel-embel anti bakteri. Kemampuan
pembersih biasa sudah cukup untuk merusak membran sel bakteri hingga mereka
mati. Hanya saja, pemakaiannya juga mesti tepat. Kalau ingin bakteri pengganggu
lenyap, pembersih biasa bisa digunakan bersamaan dengan air hangat agar lebih
efektif hasilnya. Mungkin, kalau tubuh sudah sangat terlalu kotor, sabun anti
bakteri baru tepat untuk digunakan. Selain itu, pemakaian sabun anti bakteri
ternyata juga punya tata cara tersendiri. Zat aktif yang ada pada pembersih
tersebut memerlukan waktu untuk bisa membunuh bakteri. Penerapannya tidak boleh
langsung dibilas usai dibalurkan tubuh. Namun, perlu ditunggu beberapa saat dan
digosok dengan perlahan agar zat anti bakteri, semisal triclosan, dapat bekerja
dengan sempurna. Sabun anti bakteri tidak mutlak sebagai satu-satu alat untuk
membunuh bakteri. Pasalnya, produk gel pencuci tangan yang mengandung alkohol
pun mampu membuat bakteri mati. Bahkan, sampai sekarang sebenarnya belum ada
bukti ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan soal klaim wajib memakai anti
bakteri ini. BPOM-nya Amerika Serikat, Food and Drug Administration (FDA),
menyatakan ada kekahawatiran jika sabun anti bakteri dipakai secara rutin. Zat
aktif anti bakteri ini bisa berfungsi layaknya antibiotik yang bisa membuat
bakteri menjadi resistan terhadap obat. Jika bakteri sudah menjadi super, anti
bakteri apa pun tidak mampu membunuhnya.
Salah
satu zat yang diduga memiliki andil dalam menciptakan bakteri super adalah
triclosan. Zat anti bakteri ini selain ditemukan pada sabun, juga kerap dipakai
di pasta gigi, detergen, dan produk lain. Sebuah penelitian yang termuat dalam
jurnal Edmonton disebutkan, triclosan akan merugikan kesehatan dalam pemakaian
jangka panjang. Selain membuat bakteri menjadi kebal, juga akan mengganggu
proses kerja hormon tubuh secara normal dan menjelma sebagai racun tiroid.
Bahkan, triclosan juga dianggap berperan dalam meracuni lingkungan dan memicu
penyakit alergi. Untuk kawasan negara, Kanada segera melarang pemakaian
triclosan pada produk yang beredar di sana.
Penelitian lain tentang triclosan menyatakan, ada sifat
klorofenol pada triclosan. Artinya, triclosan turut menjadi penyebab hadirnya
kanker di tubuh manusia. Zat ini kalau masuk ke dalam tubuh akan tersimpan di
lemak. Akumulasi dari triclosan dapat menyebabkan kelumpuhan. Selain itu zat
tersebut diduga menyebabkan kemandulan, lemahnya fugsi kekebalan tubuh,
pendarahan di otak, penurunan fungsi seksual, masalah jantung, hingga koma.
Namun, berbagai indikasi ini perlu kajian lebih lanjut. Terkait triclorocarbon,
ternyata zat anti bakteri ini juga punya efek kurang baik bagi tubuh. Pada
sebuah penelitian terhadap tikus, triclorocarbon menjadi zat yang menghambat
proses reproduksi dan menimbulkan risiko kanker. Jadi, apapun jenis pembersih
anti bakteri yang dipakai, mungkin efeknya baru terlihat dalam jangka panjang
0 komentar:
Posting Komentar